Minggu, 15 Oktober 2017

Pengertian etika, Pengertian profesi dan ciri khas profesi

  Pengertian Etika
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom), atau sebuah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita.Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi.Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.

Tujuan Mempelajari Etika
Untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan buruk bagi semua manusia dalam ruang dan waktu tertentu.

Macam-macam Etika
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan buruknya prilaku manusia :
1. Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai.
2. Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai.

B. Pengertian Profesi
Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris "Profess", yang dalam bahasa Yunani adalah "Επαγγελια", yang bermakna: "Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara tetap/permanen".
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer,teknikdan desainer.
Karakteristik Profesi
 ü  Keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan teoritis : Professional dapat diasumsikan  mempunyai pengetahuan teoritis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktik.
 ü Assosiasi professional : Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya.
 ü  Pendidikan yang ekstensif : Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
 ü  Ujian kompetensi : Sebelum memasuki organisasi professional, biasanya ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoritis.
 ü  Pelatihan institusional : Selain ujian, biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan institusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi.
 ü  Lisensi : Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
 ü  Otonomi kerja : Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
 ü  Kode etik : Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.

C. Ciri Khas Profesi
Menurut Artikel dalam International Encyclopedia of education, ada 10 ciri khas suatu profesi, yaitu:
  1. Suatu bidang pekerjaan yang terorganisir dari jenis intelektual yang terus berkembang dan diperluas.
  2. Suatu teknik intelektual.
  3. Penerapan praktis dari teknik intelektual pada urusan praktis.
  4. Suatu periode panjang untuk pelatihan dan sertifikasi.
  5. Beberapa standar dan pernyataan tentang etika yang dapat diselenggarakan.
  6. Kemampuan untuk kepemimpinan pada profesi sendiri.
  7. Asosiasi dari anggota profesi yang menjadi suatu kelompok yang erat dengan kualitas komunikasi. yang tinggi antar anggotanya.
  8. Pengakuan sebagai profesi.
  9. Perhatian yang profesional terhadap penggunaan yang bertanggung jawab dari pekerjaan profesi.
  10. Hubungan yang erat dengan profesi lain.

Jumat, 19 Mei 2017

PROSES PRODUKSI KAIN GREY DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE

PROSES PRODUKSI KAIN GREY
DI PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE II
KARANGANYAR
“Tugas Teknik Perawatan Mesin”
gdarma10
Disusun Oleh :
Fran Abdullah             : 24414365
Esa Purnama Liana     : 23414658
Alfin Zulfikar              : 20414819
M. Yuhaidil Abdillah  : 26414265

KELAS : 3IC06

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK MESIN
LABORATORIUM TEKNIK MESIN MENENGAH
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
            Pesatnya perkembangan teknologi saat ini menyebabkan semakin ketatnya persaingan hidup, terutama dalam bidang bisnis. Dalam bidang industri, dimana setiap proses produksi oleh mesin-mesin canggih yang penggunaannya sangat praktis dan dikerjakan dalam waktu yang singkat dan tidak menguras tenaga. Keadaan ini didukung oleh munculnya produk-produk baru, dengan berbagai macam corak dan warna yang disukai oleh para konsumen. Produk baru tersebut bersaing di pasar untuk mendapatkan konsumen. Perusahaan yang memproduksi produk yang kurang atau tidak diminati oleh konsumen akan menjadi bangkrut. Begitu sebaliknya, perusahaan yang memproduksi produk yang diminati oleh konsumen akan mendapat keuntungan yang besar. Perusahaan tersebut bisa sukses karena dapat menyesuaikan dengan selera konsumen dan keadaan pasar yang semakin lama semakin kompetitif.
            Supaya perusahaan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, maka diperlukan sumber daya uang, tenaga kerja, bahan, mesin dan waktu secara efektif dan efisien. Dengan penggunaan sumber daya yang optimal akan didapatkan hasil yang sesuai dengan perencanaan, waktu dan biaya.
            Suatu perusahaan sangat memerlukan suatu metode kerja. Metode kerja tersebut untuk mengetahui cara kerja yang ekonomis dan berdasar pada kegiatan yang direncanakan sehingga dapat dilaksanakan dengan efisien. Perencanaan merupakan fungsi utama dari manjemen, perencanaan usaha dalam mencapai tujuan perusahaan dan suatu usah dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi jalannya perusahaan diwaktu yang akan datang. Pada tahap perencanaan dilakukan perincian kegiatan, jadwal dan biaya.
            Banuak perusahaan yang memproduksi produk yang sejenis yang mengakibatkan persaingan semakin ketat. Setiap proses produksi dibantu oleh mesin-mesin canggih serta didukung oleh peningkatan ilmu pengetahuan. Kegiatan proses produksi diharapkan berjalan dengan efektif dan efisien, juga sesuai dengan kualitasnya masing-masing. Hasil produksi yang sesuai dengan rencana dapat mempertahankan dan memperluas pasar. Perencanaan, pengendalian dan pengawasan sangat diperlukan untuk mencapai proses produksi yang efektif dan efisien.

1.2       Sejarah dan Perkembangan PT. Delta Merlin Dunia Textile
            PT. Delta Merlin Dunia Textile berdiri pada bulan Oktober tahun 1999 PT. Delta Merlin Dunia Textille merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Dunia Textile yang terletak di Jl. Solo-Sragen Km 14, Kebak Kramat, Karanganyar. Seluruh anak perusahaan PT. Dunia Textile tersebar didaerah Jawa Tengah, antara lain PT. Dunia Sandang Abadi (DSA), PT. Wijaya Textille, PT. Delta Merlin, dan PT. Damaitex . Dunia Sandang Abadi, Wijaya Textile, serta Delta Merlin mengerjakan dibidang weaving menggunakan mesin shuttle, sedangkan untuk Damaitex mengerjakan di bidang pemutihan kain menggunakan mesin air jet loom.
            PT. Delta Merlin Dunia Textile bergerak dibidang pembuatan kain mulai dari proses penggulungan (warping) sampai pada tahap tenun (weaving). Produk yang dihasilkan dari PT. Delta Merlin Dunia Textille belum merupakan produk yang siap dipasarkan ke konsumen, melainkan masih dalam tahap setengah jadi. Kain yang dihasilkan disini masih merupakan kain putihan dari hasil tenun, oleh karena itu PT. Delta Merlin hanya dikenal dengan proses weavingnya. Produk yang dihasilkan bermacam-macam, mulai dari kain rayon, cotton, tetron, dan lainnya menurut masing-masing strukturnya.
            Perusahaan ini mempunyai sistem produksi berdasarkan metode job shop. Order yang diterima bukan langsung dari konsumen, melainkan dari pusat; yaitu dari PT. Dunia Textile. Segala masalah mengenai hasil produksi, manajemen, insentif, dan lain-lain dipertanggungjawabkan kepada pusat, yaitu pihak PT. Dunia Textile. Perusahaan ini dimiliki oleh pemegang saham tunggal yaitu Bapak Sugeng Hartono sebagai pemilik PT. Dunia Textile yang didirikannya pada tahun 1974. Saat ini anak perusahaan PT Dunia Textile sudah tersebar diberbagai daerah di Jawa Tengah, salah satunya adalah PT. Delta Merlin Dunia Textile.
Adapun alasan pemilihan lokasi perusahaan ini karena sebagai berikut:

a.       Faktor pengembangan
            Karena lokasi perusahaan yang berada di kawasan industri serta masih        banyaknya lahan kosong disekitar lokasi sangat memungkinkan untuk             melakukan pengembangan dimasa yang akan datang.
b.      Faktor tenaga kerja
            Disekitar lokasi perusahaan tersedia tenaga kerja yang dibutuhkan oleh       perusahaan.
c.       Faktor transportasi,
            Lokasi perusahaan yang cukup strategis dan berada ditepi jalan raya Solo-  Sragen membuat perusahaan bisa menghemat biaya waktu transportasi
                       

           
           









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Pengertian Proses Produksi
            Proses produksi yaitu suatu kegiatan perbaikan terus-menerus (continuos improvment), yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan produk, proses produksi, sampai distribusi kepada konsumen (V. Gaspersz, 2004). Proses produksi terdiri dari dua kata, yaitu proses dan produksi yang memiliki makna yang berbeda. Proses adalah cara, metode, dan teknik bagaimana sumber-sumber (manusia, mesin, material dan uang) yang akan dirubah untuk memperoleh suatu hasil. Sedangkan produksi adalah kegiatan menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Jadi pengertian dari proses produksi adalah suatu cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (manusia, mesin, material, dan uang) yang ada.
2.2       Jenis-Jenis Proses Produksi
            Secara umum, proses produksi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu proses produksi yang terus-menerus (countinous processes) dan proses produksi yang terputusm-putus (intermittent processes). Perbedaan pokok dari kedua proses produksi tersebut adalah berdasarkan pada panjang tidaknya waktu persiapan untuk mengatur (set up) peralatan produksi yang digunakan untuk memproduksi suatu produk atau beberapa produk tanpa mengalami perubahan. Pada proses produksi yang terus-menerus, perusahaan atau pabrik menggunakan mesin-mesin yang dipersiapkan (set up) dalam jangka waktu yang lama dan tanpa mengalami perubahan. Sedangkan untuk proses produksi yang terputus-putus menggunakan mesin-mesin yang dipersiapkan dalam jangka waktu yang pendek, dan kemudian akan dirubah atau dipersiapkan kembali untuk memproduksi produk lain. Adapun sifat-sifat atau ciri-ciri dari proses produksi yang terus-menerus (countinous processes), yaitu :
a.       Produk yang dihasilkan pada umumnya dalam jumlah besar dengan variasi yang sangat kecil dan sudah distandarisasikan.
b.      Sistem atau cara penyusunan peralatannya berdasarkan urutan pengerjaan dariprodukyang dihasilkan, yang biasa disebut product layout.
c.       Mesin-mesin yang digunakan untuk menghasilkan produk bersifat khusus
(Special Purpose Machines).
d.      Pengaruh operator terhadap produk yang dihasilkan sangat kecil karena mesin biasanya bekerja secara otomatis, sehingga seorang operator tidak perlu memiliki keahlian tinggi untuk pengerjaan produk tersebut.
e.       Apabila salah satu mesin/peralatan terhenti atau rusak, maka seluruh proses
akan terhenti.
f.       Job strukturnya sedikit dan jumlah tenaga kerjanya tidak perlu banyak.
g.      Persediaan bahan mentah dan bahan dalam proses lebih rendah dari padapersediaan bahan mentah dan bahan dalam proses pada proses produksi yang terputus-putus.
h.      Diperlukan perawatan khusus terhadap mesin-masin yang digunakan.
i.        Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan yang tetap (fixed path
equipment) yang menggunakan tenaga mesin, seperti konveyor.
            Sedangkan sifat-sifat atau ciri-ciri dari proses produksi yang terputus-putus (intermetent processes) adalah :
a.       Produk yang dihasilkan biasanya dalam jumlah kecil dengan variasi yang
sangat besar dan didasarkan pada pesanan.
b.      Sistem atau cara penyusunan peralatan berdasarkan atas fungsi dalam proses
produksi atau peralatan yang sama dikelompokkan pada tempat yang sama, yang disebut dengan process layout/departemantation by equipment.
c.       Mesin-mesin yang digunakan bersifat umum dan dapat digunakan untuk menghasilkan bermacam-macam produk dengan variasi yang hamper sama(General Purpose Machines).
d.      Pengaruh operator terhadap produk yang dihasilkan cukup besar, sehingga operator memerlukan keahlian yang tinggi dalam pengerjaan produk serta terhadap pekerjaan yang bermacam-macam yang menimbulkan pengawasan yang lebih sulit.
e.       Proses produksi tidak akan berthenti walaupun terjadi kerusakan atau terhentinya salah satu mesin/peralatan.
f.       Persediaan bahan mentah pada umumnya tinggi karena tidak dapat ditentukan pesanan apa yang harus dipesan oleh pembeli, dan persediaan bahan dalam proses lebih tinggi dari proses produksi yang terus-menerus (countinous processes) karena prosesnya putus-putus.
g.      Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang dapat berpindah secara bebas (Variable Path Equipment) yang menggunakan tenaga manusia, seperti kereta dorong atau forklift.
h.      Pemindahan bahan sering dilakukan bolak-balik sehingga perlu adanya ruang gerak (aisle) yang besar dan ruang tempat bahan-bahan dalam proses (work in process) yang besar.
2.3       Pembahasan
            Dalam perusahaan manajemen harus dapat menyusun suatu rencana baik pekerjaan-pekerjaan atau aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan. Tanpa adanya perencanaan yang tepat perusahaan tidak akan berjalan dengan baik. Dengan adanya perencanaan maka manajemen perusahaan yang bersangkutan akan dapat mengadakan persiapan-persiapan yang lebih baik untuk melaksanakan proses produksi dalam perusahaan. Sebelum melakukan proses produksi, PT Delta Merlin II harus menentukan berbagai hal, antara lain : jenis produk, bahan baku yang dibutuhkan, dan mesin atau alat – alat yang digunakan untuk proses produksi.


1.      Jenis Produk
            Kain grey adalah jenis kain setengah jadi yang diproduksi oleh PT Delta     Merlin Dunia Textile. Kain akan dibeli oleh pabrik kain yang kemudian   akan diberi warna ataupun akan diberi berbagai macam pola. Untuk pabrik   garmen, kain ini akan diolah menjadi berbagai macam busana yang langsung siap dipasarkan. Berbagai macam produk busana yang ada dipasar,    terbuat dari berbagai jenis kain.
2.      Bahan Baku
            Bahan baku kain yang dibuat di PT. Delta Merlin Dunia Textile adalah       benang. Dari jenis-jenis kain yang diproduksi, yang membedakan adalah   bahan baku atau benangnya. Struktur kain dibedakan oleh komposisi        benang pada jenis kain yang sama. Benang-benang yang dipakai sebagai     bahan baku tidak dihasilkan sendiri, melainkan membeli dari para suplier-        supliernya. Dari beberapa suplier benang yang melayani pembelian benang    ke PT. Delta Merlin sampai saat dilakukannya kerja praktek ini antara lain: PT. Danliris, PT. Sabatex, PT. Bumi Angkasa Tex, Kesmatex, PT. Agung          Senjahtera, dan PT. Sragen Abadi Tex. Seluruh supplier sebagian besar berdomisili di daerah sekitar Jawa Tengah, dengan demikian dari segi biaya    dan waktu pengantaran barang hal ini sangat efisien.
3.      Mesin Dan Peralatan Produksi
            PT. Delta Merlin Dunia Textile mempunyai beberapa mesin produksi           dengan perincian sebagai berikut :
Tabel 1
Jumlah Mesin Produksi PT. Delta Merlin Dunia Textile II
Mesin
Jumlah (Unit)
Warping
5
Sizing
4
Cucuk
40
Palet
60
Tying
1
Weaving
912
Inspecting
16
Folding
4
Sumber: PT. Delta Merlin Dunia Textille II
4.      Proses Produksi
            Sistem produksi yang diterapkan pada PT. Delta Merlin Dunia Textile        adalah sistem make to order, jadi semua hasil produksi merupakan kesesuaian dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Perancangan    produk ditentukan oleh pemesan, dan dilakukan oleh produsen. Kedua belah         pihak memegang peran pada perancangan produk. Tahap perancangan      produk mencakup perhitungan komposisi bahan (benang), yang mengarah         pada komposisi kain. Perhitungan tersebut  meliputi, jumlah boom yang             naik untuk memenuhi kapasitas pesanan, jumlah helai benang yang naik      pada fase warping, dan jumlah benang pakan yang dibutuhkan. Urutan         proses produksi :

a.       Proses Warping
            Proses ini merupakan bagian paling mendasar dari proses penenunan           benang menjadi kain. Benang yang masih dalam bentuk gulungan cheese, akan digulung kedalam boom. Dari hasil perancangan, dapat diketahui           banyaknya helai benang yang diperlukan untuk membuatsuatu kontruksi     kain yang sudah ditentukan. Dengan menggunakan mesin warping,     banyaknya cheese yang diletakkan menentukan banyaknya helai benang          yang digulung kedalam boom. Sedangkan banyaknya helai benang akan             menentukan struktur kain. Benang yang sudah dinaikkan pada mesin,         kemudian dililitkan pada boom warping dan ditarik. Penarikan tidak boleh      terlalu cepat, karena dapat mengkusutkan benang yang satu dengan yang        lainnya, bahkan bisa putus. Kualitas benang yang tidak baik juga dapat             menyebabkan benang tersebut mudah putus. Mesin warping dilengkapi juga           dengan detektor yang mengetahui letak benang yang putus. Pada jalur-jalur
            benang diberi lampu dan sensor yang dapat mendeteksi ketegangan benang.           Apabila benang putus, sensor akan menanggapi dengan menghentikan          putaran mesin, dan lampu dimana benang itu putus akan menyala. Operator          akan menyambungkan benang yang putus, menarik benang hingga pada             ketegangan yang ditentukan. Kemudian mesin dijalankan seperti semula.    Pada mesin terdapat counter yang memberikan data panjang benang yang             sudah tergulung, dan kecepatan mesin yang dijalankan. Dalam satu boom        warping panjang benang yang dapat ditarik umumnya sepanjang 2000 m.   Setelah mencapai 2000 m, boom pada mesin tersebut harus diganti dengan boom kosong. Boom yang sudah terisi dengan gulungan benang kemudian   masuk kedalam buffer storage untuk mengantri pada proses sizing.

b.      Proses Sizing
            Prinsip proses sizing adalah memberikan larutan kanji pada benang yang     sudah tergulung pada boom warping. Tujuannya untuk meningkatkan       kualitas kekuatan benang agar tidak mudah putu sewaktu ditenun. Sesuai dengan perhitungan pada proses warping, dapat dikeahui banyaknya boom             warping yang harus naik pada mesin pada konstruksi kain tertentu.          Sejumlah boom warping yang akan naik ditarik bersamaan ke dalam mesin           sizing, dan semuanya digulung menjadi satu kedalam boom tenun. Didalam             mesin sizing, dialirkan larutan kanji yang telah dimasak bersamaan dengan bahan-bahan lainnya. Larutan tersebut dialirkan melalui benang-benang     yang ditarik kedalam boom tenun. Larutan kanji yang dialirkan pada benang, merupakan larutan campuran yang terdiri dari air, tepung tapioka, PVA, NA08, NA50. Kemudian dididihkan bersamaan dalam mixer. Melalui        pipa-pipa yang dihubungkan kedalam mesin sizing, larutan tersebut           dialirkan pada benang yang sedang ditarik. Dalam proses ini banyak hal      yang perlu diperhatikan, antara lain, ketegangan benang, kekentalan cairan,      serta suhu larutan itu sendiri. Melalui sebuah blower, benang yang sudah    dialirkan kedalam larutan kanji dikeringkan kembali dan kemudian             digulung kedalam boom tenun. Setelah boom tenun telah dipenuhi dengan             benang yang berisi larutan kanji, maka boom siap diturunkan dan masuk            kedalam proses reaching.



c.       Proses Reaching
            Benang-benang yang tergulung dalam boom tenun, yang sudah diberi         larutan kanji, biasanya akan melekat satu sama lain. Untuk itu       benang-benang tersebut harus dipisahkan satu demi satu agar sewaktu             benang ditenun, tidak ada satu benang pun yang saling menyilang, menumpuk, atau pun memisah terlalu jauh sehingga menyebabkan putusnya             benang, maupun rusaknya hasil tenunan. Proses reaching adalah istilah dari        proses mencucuk; yaitu memisahkan benang lusi yang melekat satu demi    satu. Proses ini dilakukan secara manual, dalam arti tidak menggunakan mesin yang secara otomatis mengerjakan karena proses yang dilakukan             sederhana dan cukup mudah. Seorang operator yang menggunakan alat             berupa kawat yang berbentuk seperti paku yang disebut cucuk, memisahkan
            benang yang melekat satu demi satu. Setelah benang lusi telah dikanji, lalu             dimasukkan kedalam dropper (alat tambahan pada mesin yang akan jatuh           karena beratnya sendiri jika sebuah benang lusi putus dan akan     menghentikan mesin tenun) dan heads (yang berguna untuk memberikan    gerakan vertical pada tiap benang lusi, yang terbuat dari kawat baja, dan tiap           jenis ada lubang ditengahnya untuk mencucuk). Proses ini dibagi menjadi             dua, antara lain cucukan plat, dan cucukan kamran. Terlebih dahulu benang-           benang lusi dibagi menjadi 4, lalu dropper dimasukkan. Berdasarkan cara   memasukkan dropper inilah proses ini dibedakan. Proses cucukan plat       memasukkan benang lusi ke 1 dengan ke 3, benang ke 2 dengan ke 4 pada            dropper. Sedangkan proses kamran dilakukan dengan memasukkan secara             berurutan, benang ke 1 bersama dengan benang ke 2, benang ke 3 dengan   ke 4. Proses plat adalah yang umumnya digunakan, sedangkan proses         kamran umumnya digunakan untuk benang lusi yang tergolong rusak.Untuk    mengerjakan suatu jenis konstruksi kain tertentu, ukuran sisir harus disesuaikan. Untuk nomor sisir biasanya sudah ditentukan dalam konstruksi      kain, sehingga sudah diketahui.


d.      Proses Palet
Dalam proses palet, selain memperhitungkan konstruksi kain yang akan       diproduksi, komposisi bahan baku dan bahan tambahan yang akan   digunakan. Bahan baku yang berupa benang dibagi menjadi 2 berdasarkan     arah tenunnannya : lusi dan pakan. Untuk benang lusi diproses melalui        proses warping, sizing dan cucuk, baru kemudian masuk ke tenun      (weaving). Untuk benang pakan yang akan diumpankan pada benang lusi         pada saat ditenun, sebelumnya harus digulungkan pada sebuah batang palet.             Proses ini dilakukan karena pada proses tenun dengan menggunakan mesin             shuttle, benang pakan dimasukkan pada suatu selongsong dimana berisi       gulungan palet. Proses palet memindahkan benang yang tergulung pada   cones saat bahan baku pertama datang ke gulungan palet. Mesin palet akan             melepas gulungan dari cones, dam memindahkan ke batang palet.

e.       Proses Weaving
            Proses weaving adalah menyilangkan antara benang pakan dan benang lusi.            Untuk stiap konstruksi kain tertentu yang diproduksi., jenis benang lusi dan       benang pakan yang dipakai terbuat dari bahan yang sama. Proses weaving      di PT Delta Merlin Dunia textille menggunakan mesin shuttle, dimana             benang pakan yang akan disilangkan digulung dan dimasukkan pada suatu             selongsong yang diisi pada mesin. Gulungan benang ini akan ditarik dan        disilangkan sepanjang lebar kain. Benang pakan merupakan output dari            proses palet. Benang pakan tidak melalui proses sizing. Bahan baku yang    dibeli dan diterima berupa benang mentah langsung dapat digunakan untuk          disilangkan pada benang lusi. Proses ini merupakan proses yang       membentuk benang menjadi kain.

f.       Proses Inspecting
            Inspecting adalah salah satu tindakan pengendalian kualitas yang dilakukan           oleh pihak perusahaan dengan tujuan meminimkan produk yang rusak. Proses inspecting dilakukan dengan memeriksa dan memperbaiki kain-kain            yang dihasilkan di proses weaving supaya layak untuk dijual. Tindakan             perbaikan tersebut antara lain memotong benang-benang yang tidak tertata             rapi, memperbaiki benang yang rusak, dan membersihkan kain. Seorang            operator menangani satu boom kain untuk diperiksa dan diperbaiki. Alat-   alat yang digunakan yaitu gunting, tusuk kawat, jarum, kain, dan cairan      pembersih. Cairan pembersih dapat berupa air atau thiner tergantung dari          zat pengotornya. Kotoran biasanya berupa tetesan oli, cat, debu.

g.      Proses Folding
            Proses terakhir yaitu folding atau melipat kain. Pada proses ini kain diukur panjangnya dan ditimbang untuk memenuhi spesifikasi yang diminta. Kain        dilipat dengan sepanjang 1 meter, sambil dihitung berapa panjang kain    tersebut. Lalu kain ditimbang untuk mengetahui kesesuaian antara panjang             dan berat kain. Mesin folding ditangani oleh 2 karyawan. Kain yang sudah     lolos inspecting dinaikkan kesebuah meja dan ujungnya disangkutkan pada       lengan mesin. Lalu lengan mesin akan menarik kain dan memindahkan             kemeja yang yang lain dalam bentuk lipatan sepanjang 1 meter. Mengemas             produk dengan ukuran yang seminim mungkin tanpa merusak produk dan    memudahkan konsumen pada saat bongkar muat. Ruang dan biaya         penyimpanan yang diperlukan akan semakin kecil. Akan tetapi untuk kain yang tidak lolos inspecting atau benar-benar rusak dan sudah tidak dapat          diperbaiki lagi akan dijual kepada pengepul.

5.      Prinsip kerja Mesin tenun

      a. Shedding motion     : Membuka atau menutup mulut lusi
      b. Weft inserting         : Penyuapan atau peluncuran pakan
      c. Lett-off motion       : Penguluran beam atau lusi
      d. Take up motion       : Penarikan kain
      e. Betaing motion        : Perapatan anyaman
     
      Perbedaan yang mendasar pada jenis mesin tenun:
      a. Jenis shuttle             : Peluncuran pakan menggunakan alat bantu palet
      b. Jenis AJL                : Peluncuran pakan menggunakan tekanan angin
      c. Jenis WJL                : Peluncuran pakan menggunakan tekanan air
      d. Jenis Rapier             : Peluncuran pakan menggunakan proyektil

6.   Maintenance Mesin Tenun:
      a. Pelumasan Mesin
·         Pelumasan pada bagian mesin bertujuan untuk mencegah terjadinya keausan pada bagian atau komponen mesin yang berputar
·         Pelumasan pada bagian mesin secara berkala yaitu: 3 S/d 7 hari 1 kali
b. Pergantian oli mesin tenun
    Standar pergantian oli = 240 million pick atau putaran (± tahun sekali)

Tabel 2
Pergantian Oli Mesin Mesin Tenun
Gear Box
Volume ( liter )
Oli
Gear Box LH
4,5
150
Gear Box RH
4,3
150
Cam Box
8,5
150
Zeramax
1,7
40
Gear Box Let Off
2
320
Sumber: Data Sekunder







DAFTAR PUSTAKA

[1]        Ahyari, Agus.1994, Manajemen Produksi, Perencanaa Sistem Produksi       Edisi IV.Yogyakarta ; BPFE
[2]        Handoko, Hani.1994. Dasar – dasar Manajemen Produksi dan Operasi,       Yogyakarta ; BPFE
[3]        Nasution, Arman Hakim.2003. Perencanaan dan Pengendalian Produksi     Edisi 1. Surabaya ; Guna Widya