PROSES PRODUKSI KAIN GREY
DI PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE II
KARANGANYAR
“Tugas Teknik Perawatan Mesin”

Disusun
Oleh :
Fran Abdullah
: 24414365
Esa Purnama Liana :
23414658
Alfin Zulfikar : 20414819
M. Yuhaidil Abdillah : 26414265
KELAS : 3IC06
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK MESIN
LABORATORIUM TEKNIK
MESIN MENENGAH
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pesatnya perkembangan teknologi saat ini menyebabkan semakin
ketatnya persaingan hidup, terutama dalam bidang bisnis. Dalam bidang industri,
dimana setiap proses produksi oleh mesin-mesin canggih yang penggunaannya
sangat praktis dan dikerjakan dalam waktu yang singkat dan tidak menguras
tenaga. Keadaan ini didukung oleh munculnya produk-produk baru, dengan berbagai
macam corak dan warna yang disukai oleh para konsumen. Produk baru tersebut
bersaing di pasar untuk mendapatkan konsumen. Perusahaan yang memproduksi
produk yang kurang atau tidak diminati oleh konsumen akan menjadi bangkrut.
Begitu sebaliknya, perusahaan yang memproduksi produk yang diminati oleh
konsumen akan mendapat keuntungan yang besar. Perusahaan tersebut bisa sukses
karena dapat menyesuaikan dengan selera konsumen dan keadaan pasar yang semakin
lama semakin kompetitif.
Supaya perusahaan dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik, maka diperlukan sumber daya uang, tenaga kerja, bahan,
mesin dan waktu secara efektif dan efisien. Dengan penggunaan sumber daya yang
optimal akan didapatkan hasil yang sesuai dengan perencanaan, waktu dan biaya.
Suatu perusahaan sangat memerlukan
suatu metode kerja. Metode kerja tersebut untuk mengetahui cara kerja yang
ekonomis dan berdasar pada kegiatan yang direncanakan sehingga dapat
dilaksanakan dengan efisien. Perencanaan merupakan fungsi utama dari manjemen,
perencanaan usaha dalam mencapai tujuan perusahaan dan suatu usah dalam
pengambilan keputusan yang mempengaruhi jalannya perusahaan diwaktu yang akan
datang. Pada tahap perencanaan dilakukan perincian kegiatan, jadwal dan biaya.
Banuak perusahaan yang memproduksi
produk yang sejenis yang mengakibatkan persaingan semakin ketat. Setiap proses
produksi dibantu oleh mesin-mesin canggih serta didukung oleh peningkatan ilmu
pengetahuan. Kegiatan proses produksi diharapkan berjalan dengan efektif dan
efisien, juga sesuai dengan kualitasnya masing-masing. Hasil produksi yang
sesuai dengan rencana dapat mempertahankan dan memperluas pasar. Perencanaan,
pengendalian dan pengawasan sangat diperlukan untuk mencapai proses produksi
yang efektif dan efisien.
1.2 Sejarah dan Perkembangan PT. Delta Merlin Dunia
Textile
PT.
Delta Merlin Dunia Textile berdiri pada bulan Oktober tahun 1999 PT. Delta
Merlin Dunia Textille merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Dunia
Textile yang terletak di Jl. Solo-Sragen Km 14, Kebak Kramat, Karanganyar.
Seluruh anak perusahaan PT. Dunia Textile tersebar didaerah Jawa Tengah, antara
lain PT. Dunia Sandang Abadi (DSA), PT. Wijaya Textille, PT. Delta Merlin, dan
PT. Damaitex . Dunia Sandang Abadi, Wijaya Textile, serta Delta Merlin
mengerjakan dibidang weaving menggunakan mesin shuttle, sedangkan
untuk Damaitex mengerjakan di bidang pemutihan kain menggunakan mesin air jet
loom.
PT.
Delta Merlin Dunia Textile bergerak dibidang pembuatan kain mulai dari proses penggulungan
(warping) sampai pada tahap tenun (weaving). Produk yang
dihasilkan dari PT. Delta Merlin Dunia Textille belum merupakan produk yang
siap dipasarkan ke konsumen, melainkan masih dalam tahap setengah jadi. Kain
yang dihasilkan disini masih merupakan kain putihan dari hasil tenun, oleh
karena itu PT. Delta Merlin hanya dikenal dengan proses weavingnya.
Produk yang dihasilkan bermacam-macam, mulai dari kain rayon, cotton, tetron,
dan lainnya menurut masing-masing strukturnya.
Perusahaan
ini mempunyai sistem produksi berdasarkan metode job shop. Order yang
diterima bukan langsung dari konsumen, melainkan dari pusat; yaitu dari
PT. Dunia Textile. Segala masalah mengenai hasil produksi, manajemen,
insentif, dan lain-lain dipertanggungjawabkan kepada pusat, yaitu pihak PT.
Dunia Textile. Perusahaan ini dimiliki oleh pemegang saham tunggal yaitu Bapak
Sugeng Hartono sebagai pemilik PT. Dunia Textile yang didirikannya pada tahun
1974. Saat ini anak perusahaan PT Dunia Textile sudah tersebar diberbagai daerah
di Jawa Tengah, salah satunya adalah PT. Delta Merlin Dunia Textile.
Adapun alasan pemilihan lokasi perusahaan ini karena sebagai berikut:
a.
Faktor pengembangan
Karena
lokasi perusahaan yang berada di kawasan industri serta masih banyaknya lahan kosong disekitar lokasi
sangat memungkinkan untuk melakukan
pengembangan dimasa yang akan datang.
b.
Faktor tenaga kerja
Disekitar
lokasi perusahaan tersedia tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan.
c.
Faktor
transportasi,
Lokasi
perusahaan yang cukup strategis dan berada ditepi jalan raya Solo- Sragen membuat perusahaan bisa menghemat biaya
waktu transportasi
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian Proses Produksi
Proses produksi
yaitu suatu kegiatan perbaikan terus-menerus (continuos improvment), yang
dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan suatu
produk, pengembangan produk, proses produksi, sampai distribusi kepada konsumen
(V. Gaspersz, 2004). Proses produksi terdiri dari dua kata, yaitu proses dan
produksi yang memiliki makna yang berbeda. Proses adalah cara,
metode, dan teknik bagaimana sumber-sumber (manusia, mesin, material dan uang)
yang akan dirubah untuk memperoleh suatu hasil. Sedangkan produksi adalah
kegiatan menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Jadi
pengertian dari proses produksi adalah suatu cara, metode dan teknik untuk
menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (manusia, mesin, material, dan
uang) yang ada.
2.2 Jenis-Jenis
Proses Produksi
Secara umum, proses produksi
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu proses produksi yang terus-menerus
(countinous processes) dan proses produksi yang terputusm-putus (intermittent
processes). Perbedaan pokok dari kedua proses produksi tersebut adalah
berdasarkan pada panjang tidaknya waktu persiapan untuk mengatur (set up)
peralatan produksi yang digunakan untuk memproduksi suatu produk atau beberapa
produk tanpa mengalami perubahan. Pada proses produksi yang terus-menerus,
perusahaan atau pabrik menggunakan mesin-mesin yang dipersiapkan (set up) dalam
jangka waktu yang lama dan tanpa mengalami perubahan. Sedangkan untuk proses
produksi yang terputus-putus menggunakan mesin-mesin yang dipersiapkan dalam
jangka waktu yang pendek, dan kemudian akan dirubah atau dipersiapkan kembali
untuk memproduksi produk lain. Adapun sifat-sifat atau ciri-ciri dari proses
produksi yang terus-menerus (countinous processes), yaitu :
a. Produk
yang dihasilkan pada umumnya dalam jumlah besar dengan variasi yang sangat kecil
dan sudah distandarisasikan.
b. Sistem
atau cara penyusunan peralatannya berdasarkan urutan pengerjaan dariprodukyang dihasilkan, yang biasa
disebut product layout.
c. Mesin-mesin
yang digunakan untuk menghasilkan produk bersifat khusus
(Special Purpose Machines).
(Special Purpose Machines).
d. Pengaruh
operator terhadap produk yang dihasilkan sangat kecil karena mesin biasanya
bekerja secara otomatis, sehingga seorang operator tidak perlu memiliki
keahlian tinggi untuk pengerjaan produk tersebut.
e. Apabila
salah satu mesin/peralatan terhenti atau rusak, maka seluruh proses
akan terhenti.
akan terhenti.
f. Job
strukturnya sedikit dan jumlah tenaga kerjanya tidak perlu banyak.
g. Persediaan
bahan mentah dan bahan dalam proses lebih rendah dari padapersediaan bahan
mentah dan bahan dalam proses pada proses produksi yang terputus-putus.
h. Diperlukan
perawatan khusus terhadap mesin-masin yang digunakan.
i.
Biasanya bahan-bahan
dipindahkan dengan peralatan yang tetap (fixed path
equipment) yang menggunakan tenaga mesin, seperti konveyor.
equipment) yang menggunakan tenaga mesin, seperti konveyor.
Sedangkan sifat-sifat atau ciri-ciri
dari proses produksi yang terputus-putus (intermetent processes) adalah :
a. Produk
yang dihasilkan biasanya dalam jumlah kecil dengan variasi yang
sangat besar dan didasarkan pada pesanan.
sangat besar dan didasarkan pada pesanan.
b. Sistem
atau cara penyusunan peralatan berdasarkan atas fungsi dalam proses
produksi atau peralatan yang sama dikelompokkan pada tempat yang sama, yang disebut dengan process layout/departemantation by equipment.
produksi atau peralatan yang sama dikelompokkan pada tempat yang sama, yang disebut dengan process layout/departemantation by equipment.
c. Mesin-mesin
yang digunakan bersifat umum dan dapat digunakan untuk menghasilkan
bermacam-macam produk dengan variasi yang hamper sama(General Purpose
Machines).
d. Pengaruh
operator terhadap produk yang dihasilkan cukup besar, sehingga operator
memerlukan keahlian yang tinggi dalam pengerjaan produk serta terhadap
pekerjaan yang bermacam-macam yang menimbulkan pengawasan yang lebih sulit.
e. Proses
produksi tidak akan berthenti walaupun terjadi kerusakan atau terhentinya salah
satu mesin/peralatan.
f. Persediaan
bahan mentah pada umumnya tinggi karena tidak dapat ditentukan pesanan apa yang
harus dipesan oleh pembeli, dan persediaan bahan dalam proses lebih tinggi dari
proses produksi yang terus-menerus (countinous processes) karena prosesnya
putus-putus.
g. Biasanya
bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang dapat berpindah secara
bebas (Variable Path Equipment) yang menggunakan tenaga manusia, seperti kereta
dorong atau forklift.
h. Pemindahan
bahan sering dilakukan bolak-balik sehingga perlu adanya ruang gerak (aisle)
yang besar dan ruang tempat bahan-bahan dalam proses (work in process) yang
besar.
2.3 Pembahasan
Dalam perusahaan manajemen harus dapat menyusun suatu rencana baik
pekerjaan-pekerjaan atau aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan. Tanpa adanya
perencanaan yang tepat perusahaan tidak akan berjalan dengan baik. Dengan
adanya perencanaan maka manajemen perusahaan yang bersangkutan akan dapat
mengadakan persiapan-persiapan yang lebih baik untuk melaksanakan proses
produksi dalam perusahaan. Sebelum melakukan proses produksi, PT Delta Merlin
II harus menentukan berbagai hal, antara lain : jenis produk, bahan baku yang
dibutuhkan, dan mesin atau alat – alat yang digunakan untuk proses produksi.
1.
Jenis Produk
Kain
grey adalah jenis kain setengah jadi yang diproduksi oleh PT Delta Merlin Dunia Textile. Kain akan dibeli oleh
pabrik kain yang kemudian akan diberi
warna ataupun akan diberi berbagai macam pola. Untuk pabrik garmen, kain ini akan diolah menjadi berbagai
macam busana yang langsung siap
dipasarkan. Berbagai macam produk busana yang ada dipasar, terbuat dari berbagai jenis kain.
2.
Bahan Baku
Bahan
baku kain yang dibuat di PT. Delta Merlin Dunia Textile adalah benang. Dari jenis-jenis kain yang
diproduksi, yang membedakan adalah bahan
baku atau benangnya. Struktur kain dibedakan oleh komposisi benang pada jenis kain yang sama.
Benang-benang yang dipakai sebagai bahan
baku tidak dihasilkan sendiri, melainkan membeli dari para suplier- supliernya. Dari beberapa suplier benang
yang melayani pembelian benang ke PT.
Delta Merlin sampai saat dilakukannya kerja praktek ini antara lain: PT. Danliris, PT. Sabatex, PT. Bumi Angkasa
Tex, Kesmatex, PT. Agung Senjahtera,
dan PT. Sragen Abadi Tex. Seluruh supplier sebagian besar berdomisili di daerah sekitar Jawa Tengah,
dengan demikian dari segi biaya dan
waktu pengantaran barang hal ini sangat efisien.
3.
Mesin Dan
Peralatan Produksi
PT. Delta Merlin Dunia
Textile mempunyai beberapa mesin produksi dengan
perincian sebagai berikut :
Tabel 1
Jumlah Mesin Produksi PT. Delta Merlin Dunia Textile II
Mesin
|
Jumlah (Unit)
|
Warping
|
5
|
Sizing
|
4
|
Cucuk
|
40
|
Palet
|
60
|
Tying
|
1
|
Weaving
|
912
|
Inspecting
|
16
|
Folding
|
4
|
Sumber: PT. Delta Merlin Dunia Textille II
4.
Proses
Produksi
Sistem
produksi yang diterapkan pada PT. Delta Merlin Dunia Textile adalah sistem make to order, jadi semua
hasil produksi merupakan kesesuaian
dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Perancangan produk ditentukan oleh pemesan, dan dilakukan
oleh produsen. Kedua belah pihak
memegang peran pada perancangan produk. Tahap perancangan produk mencakup perhitungan komposisi bahan
(benang), yang mengarah pada
komposisi kain. Perhitungan tersebut
meliputi, jumlah boom yang naik
untuk memenuhi kapasitas pesanan, jumlah helai benang yang naik pada fase warping, dan jumlah benang pakan
yang dibutuhkan. Urutan proses
produksi :
a.
Proses Warping
Proses
ini merupakan bagian paling mendasar dari proses penenunan benang menjadi kain. Benang yang masih
dalam bentuk gulungan cheese, akan
digulung kedalam boom. Dari hasil perancangan, dapat diketahui banyaknya helai benang yang diperlukan
untuk membuatsuatu kontruksi kain yang
sudah ditentukan. Dengan menggunakan mesin warping, banyaknya cheese yang diletakkan menentukan banyaknya helai
benang yang digulung kedalam
boom. Sedangkan banyaknya helai benang akan menentukan
struktur kain. Benang yang sudah dinaikkan pada mesin, kemudian dililitkan pada boom warping dan ditarik. Penarikan
tidak boleh terlalu cepat, karena
dapat mengkusutkan benang yang satu dengan yang lainnya, bahkan bisa putus. Kualitas benang yang tidak baik
juga dapat menyebabkan benang
tersebut mudah putus. Mesin warping dilengkapi juga dengan detektor yang mengetahui letak benang yang putus.
Pada jalur-jalur
benang
diberi lampu dan sensor yang dapat mendeteksi ketegangan benang. Apabila benang putus, sensor akan
menanggapi dengan menghentikan putaran
mesin, dan lampu dimana benang itu putus akan menyala. Operator akan menyambungkan benang yang putus, menarik
benang hingga pada ketegangan
yang ditentukan. Kemudian mesin dijalankan seperti semula. Pada mesin terdapat counter yang memberikan
data panjang benang yang sudah
tergulung, dan kecepatan mesin yang dijalankan. Dalam satu boom warping panjang benang yang dapat ditarik
umumnya sepanjang 2000 m. Setelah
mencapai 2000 m, boom pada mesin tersebut harus diganti dengan boom kosong. Boom yang sudah terisi dengan
gulungan benang kemudian masuk kedalam buffer
storage untuk mengantri pada proses sizing.
b.
Proses Sizing
Prinsip
proses sizing adalah memberikan larutan kanji pada benang yang sudah tergulung pada boom warping. Tujuannya
untuk meningkatkan kualitas kekuatan
benang agar tidak mudah putu sewaktu ditenun. Sesuai dengan perhitungan pada proses warping, dapat dikeahui banyaknya
boom warping yang harus naik
pada mesin pada konstruksi kain tertentu. Sejumlah
boom warping yang akan naik ditarik bersamaan ke dalam mesin sizing, dan semuanya digulung menjadi satu
kedalam boom tenun. Didalam mesin
sizing, dialirkan larutan kanji yang telah dimasak bersamaan dengan bahan-bahan lainnya. Larutan tersebut dialirkan
melalui benang-benang yang ditarik
kedalam boom tenun. Larutan kanji yang dialirkan pada benang, merupakan larutan campuran yang terdiri dari air, tepung
tapioka, PVA, NA08, NA50. Kemudian
dididihkan bersamaan dalam mixer. Melalui pipa-pipa
yang dihubungkan kedalam mesin sizing, larutan tersebut dialirkan pada benang yang sedang ditarik. Dalam proses ini
banyak hal yang perlu diperhatikan,
antara lain, ketegangan benang, kekentalan cairan, serta suhu larutan itu sendiri. Melalui sebuah blower, benang
yang sudah dialirkan kedalam larutan kanji
dikeringkan kembali dan kemudian digulung
kedalam boom tenun. Setelah boom tenun telah dipenuhi dengan benang yang berisi larutan kanji,
maka boom siap diturunkan dan masuk kedalam
proses reaching.
c.
Proses Reaching
Benang-benang
yang tergulung dalam boom tenun, yang sudah diberi larutan kanji, biasanya akan melekat satu sama lain. Untuk
itu benang-benang tersebut harus
dipisahkan satu demi satu agar sewaktu benang
ditenun, tidak ada satu benang pun yang saling menyilang, menumpuk, atau pun memisah terlalu jauh
sehingga menyebabkan putusnya benang,
maupun rusaknya hasil tenunan. Proses reaching adalah istilah dari proses mencucuk; yaitu memisahkan benang
lusi yang melekat satu demi satu.
Proses ini dilakukan secara manual, dalam arti tidak menggunakan mesin yang secara otomatis mengerjakan karena
proses yang dilakukan sederhana
dan cukup mudah. Seorang operator yang menggunakan alat berupa kawat yang berbentuk seperti paku yang disebut
cucuk, memisahkan
benang
yang melekat satu demi satu. Setelah benang lusi telah dikanji, lalu dimasukkan kedalam dropper (alat
tambahan pada mesin yang akan jatuh karena
beratnya sendiri jika sebuah benang lusi putus dan akan menghentikan mesin tenun) dan heads (yang berguna untuk memberikan
gerakan vertical pada tiap benang lusi,
yang terbuat dari kawat baja, dan tiap jenis
ada lubang ditengahnya untuk mencucuk). Proses ini dibagi menjadi dua, antara lain cucukan plat, dan
cucukan kamran. Terlebih dahulu benang- benang
lusi dibagi menjadi 4, lalu dropper dimasukkan. Berdasarkan cara memasukkan dropper inilah proses ini
dibedakan. Proses cucukan plat memasukkan
benang lusi ke 1 dengan ke 3, benang ke 2 dengan ke 4 pada dropper. Sedangkan proses kamran
dilakukan dengan memasukkan secara berurutan,
benang ke 1 bersama dengan benang ke 2, benang ke 3 dengan ke 4. Proses plat adalah yang umumnya
digunakan, sedangkan proses kamran
umumnya digunakan untuk benang lusi yang tergolong rusak.Untuk mengerjakan suatu jenis konstruksi kain
tertentu, ukuran sisir harus disesuaikan.
Untuk nomor sisir biasanya sudah ditentukan dalam konstruksi kain, sehingga sudah diketahui.
d.
Proses Palet
Dalam proses palet, selain memperhitungkan konstruksi kain yang akan
diproduksi, komposisi bahan baku dan
bahan tambahan yang akan digunakan.
Bahan baku yang berupa benang dibagi menjadi 2 berdasarkan arah tenunnannya : lusi dan pakan. Untuk
benang lusi diproses melalui proses
warping, sizing dan cucuk, baru kemudian masuk ke tenun (weaving). Untuk benang pakan yang akan diumpankan pada benang
lusi pada saat ditenun, sebelumnya
harus digulungkan pada sebuah batang palet. Proses
ini dilakukan karena pada proses tenun dengan menggunakan mesin shuttle, benang pakan dimasukkan
pada suatu selongsong dimana berisi gulungan
palet. Proses palet memindahkan benang yang tergulung pada cones saat bahan baku pertama datang ke
gulungan palet. Mesin palet akan melepas
gulungan dari cones, dam memindahkan ke batang palet.
e.
Proses Weaving
Proses
weaving adalah menyilangkan antara benang pakan dan benang lusi. Untuk stiap konstruksi kain tertentu
yang diproduksi., jenis benang lusi dan benang
pakan yang dipakai terbuat dari bahan yang sama. Proses weaving di PT Delta Merlin Dunia textille
menggunakan mesin shuttle, dimana benang
pakan yang akan disilangkan digulung dan dimasukkan pada suatu selongsong yang diisi pada mesin. Gulungan
benang ini akan ditarik dan disilangkan
sepanjang lebar kain. Benang pakan merupakan output dari proses palet. Benang pakan tidak melalui
proses sizing. Bahan baku yang dibeli
dan diterima berupa benang mentah langsung dapat digunakan untuk disilangkan pada benang lusi. Proses
ini merupakan proses yang membentuk
benang menjadi kain.
f.
Proses Inspecting
Inspecting
adalah salah satu tindakan pengendalian kualitas yang dilakukan oleh pihak perusahaan dengan tujuan meminimkan
produk yang rusak. Proses inspecting
dilakukan dengan memeriksa dan memperbaiki kain-kain yang dihasilkan di proses weaving supaya layak untuk
dijual. Tindakan perbaikan
tersebut antara lain memotong benang-benang yang tidak tertata rapi, memperbaiki benang yang rusak,
dan membersihkan kain. Seorang operator
menangani satu boom kain untuk diperiksa dan diperbaiki. Alat- alat yang digunakan yaitu gunting, tusuk
kawat, jarum, kain, dan cairan pembersih.
Cairan pembersih dapat berupa air atau thiner tergantung dari zat pengotornya. Kotoran biasanya
berupa tetesan oli, cat, debu.
g.
Proses Folding
Proses
terakhir yaitu folding atau melipat kain. Pada proses ini kain diukur panjangnya dan ditimbang untuk memenuhi
spesifikasi yang diminta. Kain dilipat
dengan sepanjang 1 meter, sambil dihitung berapa panjang kain tersebut. Lalu kain ditimbang untuk
mengetahui kesesuaian antara panjang dan
berat kain. Mesin folding ditangani oleh 2 karyawan. Kain yang sudah lolos inspecting dinaikkan kesebuah meja dan
ujungnya disangkutkan pada lengan
mesin. Lalu lengan mesin akan menarik kain dan memindahkan kemeja yang yang lain dalam bentuk
lipatan sepanjang 1 meter. Mengemas produk
dengan ukuran yang seminim mungkin tanpa merusak produk dan memudahkan konsumen pada saat bongkar muat.
Ruang dan biaya penyimpanan yang
diperlukan akan semakin kecil. Akan tetapi untuk kain yang tidak lolos inspecting atau benar-benar rusak dan sudah tidak
dapat diperbaiki lagi akan dijual
kepada pengepul.
5.
Prinsip kerja Mesin tenun
a. Shedding motion : Membuka atau menutup mulut lusi
b. Weft inserting : Penyuapan atau peluncuran pakan
c. Lett-off motion : Penguluran beam atau lusi
d. Take up motion : Penarikan kain
e. Betaing motion : Perapatan anyaman
Perbedaan
yang mendasar pada jenis mesin tenun:
a. Jenis shuttle : Peluncuran pakan menggunakan alat bantu palet
b. Jenis AJL : Peluncuran pakan menggunakan tekanan angin
c. Jenis WJL : Peluncuran pakan menggunakan tekanan air
d. Jenis Rapier : Peluncuran pakan menggunakan proyektil
6. Maintenance
Mesin Tenun:
a. Pelumasan Mesin
·
Pelumasan pada bagian
mesin bertujuan untuk mencegah terjadinya keausan pada bagian atau komponen
mesin yang berputar
·
Pelumasan pada
bagian mesin secara berkala yaitu: 3 S/d 7 hari 1 kali
b.
Pergantian oli mesin tenun
Standar pergantian oli = 240 million pick
atau putaran (± tahun sekali)
Tabel 2
Pergantian Oli
Mesin Mesin Tenun
Gear Box
|
Volume ( liter )
|
Oli
|
Gear Box LH
|
4,5
|
150
|
Gear Box RH
|
4,3
|
150
|
Cam Box
|
8,5
|
150
|
Zeramax
|
1,7
|
40
|
Gear Box Let Off
|
2
|
320
|
Sumber:
Data Sekunder
DAFTAR PUSTAKA
[1] Ahyari, Agus.1994, Manajemen Produksi, Perencanaa Sistem
Produksi Edisi IV.Yogyakarta ; BPFE
[2] Handoko, Hani.1994. Dasar – dasar Manajemen Produksi dan
Operasi, Yogyakarta ; BPFE
[3] Nasution, Arman Hakim.2003. Perencanaan dan Pengendalian
Produksi Edisi 1. Surabaya ; Guna Widya